Senin, 07 April 2014

kom.kep



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
          Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus menerus.  Perawat sebagai komponen yang penting dan orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk manpu berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non verbal.
          Kondisi lansia yang mengalami perubahan dan penurunan baik struktur anatomisnya maupun fungsi dari organ tubuhnya, untuk itu agar mampu berkomunikasi dengan lansia dengan baik, perawat perlu memahami tentang karakteristik lansia, pengunaan teknik komunikasi yang tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
A.    Karakteristik Lansia
B.     Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks komunikasi
C.     Teknik Komunikasi Pada Lansia
D.    Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
E.     Tehnik Dalam Perawatan Lansia Pada Reaksi Enolakan
F.      Penerapan Model Komunikasi Pada Lansia
C.       Tujuan
1.         Agar dapat mengidentifikasi karakteristik lansia
2.         Agar dapat mengidentifikasi pendekatan perawat pada lansia
3.         Agar dapat mengetahui tehnik komunikasi pada lansia
4.         Agar dapat menerapkan model komunikasi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KARAKTERISTIK LANSIA
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan usia lanjut menjadi empat macam, meliputi:
1.      Usia pertengahan, 45-59 th
2.      Usia lanjut, 60-70 th
3.      Usia lanjut usai, 75-90 th
4.      Usia tua, diatas 90 th
Akibat perubahan-perubahan tersebut dapat diidentifikasikan misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahah-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkatan intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
1.      Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan petugas kesehatan.
2.      Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
3.      Menolak membicarakan perawatan dirinya di rumah sakit.
4.      Menolak ikutserta dalam perawatan dirinya secara umum.
5.      Menolak nasehat-nasehat.



B.     PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI
1.      Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatn obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicaarikan solisinya karena riil dan mudah diobservasi.
2.      Pendekatan psikologis
Pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau penampang msalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3.      Pendekatan sosial
Meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, merupakan implementasi dari pendekatan sehingga lansia mampu berinteraksi dengan lansia lain maupun dengan petugas kesehatan.
4.      Pendekatan spriritual
Perawat harus dapat memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

C.     TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan /perawat juga harus mempunyai tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancer dan sesuai dengan tujuanyang diinginkan.
Beberapa tehnik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :

1.      Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.
2.      Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3.      Focus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4.      Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotifasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya.
5.      Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
6.      Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

D.    HAMBATAN BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non arsetif
1.      Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-Perilaku di bawahini:
a)         Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b)        Meremehkan orang lain
c)         Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d)        Menonjolkan diris endiri
e)         Mempermalukan orang lain di depan umum, Baik dengan perkataan maupun dengan tindakan
2.      Non Arsetif
Tanda-Tanda dari sikap non arsetif ini adalah:
a)         Menarik diri bila diajak bicara
b)        Merasa tidak sebaik orang lain (rendahdiri)
c)         Merasa tidak berdaya
d)        Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e)         Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)         Tampil diam (Pasif)
g)        Mengikuti kehendak orang lain
h)        Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal Yang Wajar seiring dengan menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai tenaga professional, Perawat dituntut mampu mengatasi hambatan tersebut, Untuk itu perlu adanya tehnik atau tip-tip tertentu yang perludiperhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:
a)      Selalu memulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien.
b)      Keraskan suara anda jika perlu
c)      Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara, Pandanglah dia sehingga ia dapat melihat mulu tanda.
d)     Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. kurangi gangguan visual dan auditory. pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e)      Jika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, Ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f)       Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaiknya bertindaklah sebagai patner yang tugasnya memfalisitasi untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g)      Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h)      bantulah kata-kata anda dengan syarat visual.
i)        Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang diinginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, posturdan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j)        Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k)      Berikan klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanya ananda.
l)        Biarkan ia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung. tahan keingin ananda untuk menyelesaikan kalimat.
m)    jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.
n)      Arahkan kesuatu topic pada suatu saat.
o)      Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. orang ini biasanya paling akrab dengan polakomunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

E.       TEHNIK DALAM PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI ENOLAKAN
Penolakan adalah ugkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,keinginan,perasaan atau sesuatu yang merupakan ancaman.Penolakan lansia itu sendiri merupakan:reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada beberapa langkah yang bias dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan reaksi penolakan,antara lain:
1.      Kenali segera reaksi penolakan klien.
Adapun langkah langkah yang harus di perhatikan perawat yaitu:
a)      Identifikasi pikiran pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi klien bila sedang mengalami  puncak reaksinya.
b)      Ungkapkan kenyataan kenyataan  yang di alami klien secara perlahan lahan dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
c)      Jangan menyokong penilaian klien,akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin bersamanya jangan sampai menolak.
2.      Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan ddiri sendiri.
Tujuanya untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan klien,dengan jalan sebagai berikut:
a)      Libatkan klien dalam perawatan dirinya,misalnya dalam perencanaan waktu,tempat,dan macam perawatan.
b)      Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c)      Membantu klien lansia untuk menggungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan mmpergunakan pertanyaan terbuka,mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
3.      Libatkan kelurga atau pihak terdekat dengan tepat.
Tujuanya untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat.upaya ini dapat dilaksanakan dengan cara cara sebagai berikut:
a)         Melibatkan kelurga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan perasaanya.
b)        Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
c)         Hendaknya pihak pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d)        Menyadarkan pihak pihak lain akan pentingnya hukuman(bukan hukuman fisik) apa bila klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

F.        PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI PADA LANSIA
a.       Model komunikasi Shannom Weaver
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya perubahan perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif. Kelebihan : dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang berpengaruh. Kekurangan : memerlukan waktu yang cukup lama kerena klien dalam reaksi penolakan. Tak dapat melakukan evaluasi sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi pada klien, karena tak ada feed back.

b.      Model SMCR
Kelebihan : proses komunikasi yang terjadi pada model ini relative simple. Model ini akan efektik bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis.
Kekurangan : klien tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan mempunyai keterampilan, pengetahua, sikap, system social, dan kultur, karena penolakannya.

c.       Model Leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut dilakukan. Oleh karena itu dalam berkomunikasi dengan lansia harus berhati-hati, jangan sampai menyinggung perasaannya. Keleihan : terjadi interaksi atau hubungan relationship ; hubungan perawat-klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat terselesaikan.
Kelemahan : perawat lebih dominan dank lien lansia patuh.

d.      Model Terapeutik
Model ini membantu mendorong melaksanakan komunikasi dengan empati, menghargai dan harmonis. Kelebihan : dengan tehnik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang kita bicarakan; kopingnya lebih efektif.
Kelemahan : kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia dengan reaksi penolakan.

e.       Model keyakinan kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan adanya ancaman/manfaat untuk mempertahankan kesehatannya. Kelebihan : lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit. Kelemahan : tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan.

f.       Model komunikasi kesehatan.
Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah klien lansia dengan tuntas; klien lansia merasa sangat dekat dengan perawat dan merasa sangat diperhatikan.  Kelemahan : membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan ; fasilitas dalam memberikan pelayanan harus lengkap.

g.      Model interaksi king
Model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia. Kelebihan : komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif. Kelemahan : klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini, karena tidak kooperatif.



BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus menerus.  Perawat sebagai komponen yang penting dan orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk manpu berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non verbal.
                 Kondisi lansia yang mengalami perubahan dan penurunan baik struktur anatomisnya maupun fungsi dari organ tubuhnya, untuk itu agar mampu berkomunikasi dengan lansia dengan baik, perawat perlu memahami tentang karakteristik lansia, pengunaan teknik komunikasi yang tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.

B.       SARAN
Dengan mengenal karkteristik lansia kita dpat memehami bagaimana kita harus dapat berkomunikasi dengan baik dan juga harus mengetahui tehnik-tehnik komunikasi pada lansia, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar antara klien dan perawat bisa saling memahami maksud dan tujuannya.