kom.kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komunikasi
merupakan alat yang efektif untuk mempengruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus menerus. Perawat sebagai komponen yang penting dan
orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk manpu berkomunikasi
dengan baik secara verbal maupun non verbal.
Kondisi
lansia yang mengalami perubahan dan penurunan baik struktur anatomisnya maupun
fungsi dari organ tubuhnya, untuk itu agar mampu berkomunikasi dengan lansia
dengan baik, perawat perlu memahami tentang karakteristik lansia, pengunaan
teknik komunikasi yang tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
A. Karakteristik
Lansia
B. Pendekatan
Perawatan Lansia Dalam Konteks komunikasi
C. Teknik
Komunikasi Pada Lansia
D. Hambatan
Berkomunikasi Dengan Lansia
E. Tehnik
Dalam Perawatan Lansia Pada Reaksi Enolakan
F. Penerapan
Model Komunikasi Pada Lansia
C. Tujuan
1.
Agar dapat mengidentifikasi karakteristik lansia
2.
Agar dapat mengidentifikasi pendekatan perawat pada lansia
3.
Agar dapat mengetahui tehnik komunikasi pada lansia
4.
Agar dapat
menerapkan model komunikasi pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK
LANSIA
Berdasarkan
usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokkan usia lanjut menjadi
empat macam, meliputi:
1. Usia
pertengahan, 45-59 th
2. Usia
lanjut, 60-70 th
3. Usia
lanjut usai, 75-90 th
4. Usia
tua, diatas 90 th
Akibat perubahan-perubahan tersebut
dapat diidentifikasikan misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan
neurologis dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
Perubahah-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan
interprestasi terhadap maksud komunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang
berpengaruh pada tingkatan intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan
motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak
adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala
penolakan tersebut misalnya:
1. Tidak
percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan.
2. Mengubah
keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
3. Menolak
membicarakan perawatan dirinya di rumah sakit.
4. Menolak
ikutserta dalam perawatan dirinya secara umum.
5. Menolak
nasehat-nasehat.
B. PENDEKATAN
PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI
1. Pendekatan
fisik
Mencari informasi
tentang kesehatn obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan fisik
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan serta
penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini relatif lebih
mudah dilaksanakan dan dicaarikan solisinya karena riil dan mudah diobservasi.
2. Pendekatan
psikologis
Pendekatan ini sifatnya
abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu
yang lebih lama. Perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau penampang msalah-masalah
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan
sosial
Meningkatkan
keterampilan berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
merupakan implementasi dari pendekatan sehingga lansia mampu berinteraksi dengan
lansia lain maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan
spriritual
Perawat harus dapat
memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang
dianutnya terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
C. TEKNIK
KOMUNIKASI PADA LANSIA
Untuk dapat
melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan /perawat juga harus
mempunyai tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung
lancer dan sesuai dengan tujuanyang diinginkan.
Beberapa
tehnik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :
1. Tehnik
Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami
pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan
dapat dimengerti.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang
terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika
perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Focus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi yang diinginkan, maka
perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan
karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek
fisik maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi
labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien
lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan mengangguk kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga
lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotifasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia,
sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan
cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan
dipersepsikan sama oleh klien.
6. Sabar
dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia
umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang
dilakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.
D. HAMBATAN
BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
Proses komunikasi antara
petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan
sikap non arsetif
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi
biasanya ditandai dengan perilaku-Perilaku di bawahini:
a)
Berusaha mengontrol dan mendominasi orang
lain (lawan bicara)
b)
Meremehkan orang lain
c)
Mempertahankan haknya dengan menyerang orang
lain
d)
Menonjolkan diris endiri
e)
Mempermalukan orang lain di depan umum,
Baik dengan perkataan maupun dengan tindakan
2. Non
Arsetif
Tanda-Tanda dari sikap non
arsetif ini adalah:
a)
Menarik diri bila diajak bicara
b)
Merasa tidak sebaik orang lain
(rendahdiri)
c)
Merasa tidak berdaya
d)
Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e)
Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk
dirinya
f)
Tampil diam (Pasif)
g)
Mengikuti kehendak orang lain
h)
Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia
merupakan hal Yang Wajar seiring dengan menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien.
Namun sebagai tenaga professional, Perawat dituntut mampu mengatasi hambatan tersebut,
Untuk itu perlu adanya tehnik atau tip-tip tertentu yang perludiperhatikan agar
komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:
a) Selalu
memulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien.
b) Keraskan
suara anda jika perlu
c) Dapatkan
perhatian klien sebelum berbicara, Pandanglah dia sehingga ia dapat melihat mulu
tanda.
d) Atur
lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. kurangi
gangguan visual dan auditory. pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Jika
merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, Ingat kelemahannya. Jangan menganggap
kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f) Jangan
berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak
mengalami gangguan. Sebaiknya bertindaklah sebagai patner yang tugasnya
memfalisitasi untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara
dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan
bahasa yang sederhana.
h) bantulah
kata-kata anda dengan syarat visual.
i)
Serasikan bahasa tubuh anda dengan
pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang diinginkan, pesan
yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan
ekspresi, posturdan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya dengan senyum,
ceria atau tertawa secukupnya).
j)
Ringkaslah hal-hal yang paling penting
dari pembicaraan tersebut.
k) Berikan
klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanya ananda.
l)
Biarkan ia membuat kesalahan, jangan
menegurnya secara langsung. tahan keingin ananda untuk menyelesaikan kalimat.
m) jadilah
pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya.
n) Arahkan
kesuatu topic pada suatu saat.
o) Jika
mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama anda. orang
ini biasanya paling akrab dengan polakomunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi.
E. TEHNIK
DALAM PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI ENOLAKAN
Penolakan adalah ugkapan ketidakmampuan
seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,keinginan,perasaan atau
sesuatu yang merupakan ancaman.Penolakan lansia itu sendiri merupakan:reaksi
ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ada
beberapa langkah yang bias dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan,antara lain:
1. Kenali
segera reaksi penolakan klien.
Adapun
langkah langkah yang harus di perhatikan perawat yaitu:
a)
Identifikasi pikiran pikiran yang paling
membahayakan dengan cara mengobservasi klien bila sedang mengalami puncak reaksinya.
b)
Ungkapkan kenyataan kenyataan yang di alami klien secara perlahan lahan
dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
c)
Jangan menyokong penilaian klien,akan
tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering mungkin
bersamanya jangan sampai menolak.
2. Orientasikan
klien lansia pada pelaksanaan perawatan ddiri sendiri.
Tujuanya untuk mempermudah proses penerimaan klien
terhadap perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk memandirikan
klien,dengan jalan sebagai berikut:
a) Libatkan
klien dalam perawatan dirinya,misalnya dalam perencanaan waktu,tempat,dan macam
perawatan.
b) Puji
klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.
c) Membantu
klien lansia untuk menggungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan
mmpergunakan pertanyaan terbuka,mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan
kelurga atau pihak terdekat dengan tepat.
Tujuanya untuk membantu perawat atau petugas
kesehatan memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan
rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat.upaya ini dapat
dilaksanakan dengan cara cara sebagai berikut:
a)
Melibatkan kelurga atau pihak terkait
dalam membantu klien lansia menentukan perasaanya.
b)
Meluangkan waktu untuk menerangkan
kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien
lansia serta hal hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
c)
Hendaknya pihak pihak lain memuji usaha
klien lansia untuk menerima kenyataan.
d)
Menyadarkan pihak pihak lain akan
pentingnya hukuman(bukan hukuman fisik) apa bila klien lansia mempergunakan
penolakan atau denial.
F.
PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI PADA LANSIA
a. Model
komunikasi Shannom Weaver
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah adanya
perubahan perilaku lansia dari penolakan menjadi kooperatif. Kelebihan : dalam komunikasi
ini melibatkan anggota keluarga atau orang lain yang berpengaruh. Kekurangan :
memerlukan waktu yang cukup lama kerena klien dalam reaksi penolakan. Tak dapat
melakukan evaluasi sejauh mana perubahan perilaku yang terjadi pada klien,
karena tak ada feed back.
b. Model
SMCR
Kelebihan : proses komunikasi yang terjadi pada model ini relative
simple. Model ini akan efektik bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak
mengalami penurunan baik aspek fisik maupun psikis.
Kekurangan
: klien tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan mempunyai keterampilan,
pengetahua, sikap, system social, dan kultur, karena penolakannya.
c. Model
Leary
Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi,
dimana respon seseorang dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut dilakukan.
Oleh karena itu dalam berkomunikasi dengan lansia harus berhati-hati, jangan
sampai menyinggung perasaannya. Keleihan : terjadi interaksi atau hubungan
relationship ; hubungan perawat-klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat
terselesaikan.
Kelemahan
: perawat lebih dominan dank lien lansia patuh.
d. Model
Terapeutik
Model ini membantu mendorong melaksanakan komunikasi dengan empati,
menghargai dan harmonis. Kelebihan : dengan tehnik komunikasi yang baik lansia
akan lebih paham apa yang kita bicarakan; kopingnya lebih efektif.
Kelemahan
: kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh perawat untuk perawatan lansia
dengan reaksi penolakan.
e. Model
keyakinan kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit,
merasakan adanya ancaman/manfaat untuk mempertahankan kesehatannya. Kelebihan :
lansia yang mengetahui adanya ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan
sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit. Kelemahan :
tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan.
f. Model
komunikasi kesehatan.
Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah klien lansia
dengan tuntas; klien lansia merasa sangat dekat dengan perawat dan merasa
sangat diperhatikan. Kelemahan :
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan ; fasilitas dalam
memberikan pelayanan harus lengkap.
g. Model
interaksi king
Model ini intinya adalah kesepakatan sebelum
mengadakan interaksi dengan klien lansia. Kelebihan : komunikasi dapat sesuai
dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif. Kelemahan : klien lansia dengan
reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini,
karena tidak kooperatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi
merupakan alat yang efektif untuk mempengruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus menerus. Perawat sebagai komponen yang penting dan
orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk manpu berkomunikasi
dengan baik secara verbal maupun non verbal.
Kondisi lansia yang mengalami
perubahan dan penurunan baik struktur anatomisnya maupun fungsi dari organ
tubuhnya, untuk itu agar mampu berkomunikasi dengan lansia dengan baik, perawat
perlu memahami tentang karakteristik lansia, pengunaan teknik komunikasi yang
tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi klien.
B. SARAN
Dengan mengenal
karkteristik lansia kita dpat memehami bagaimana kita harus dapat berkomunikasi
dengan baik dan juga harus mengetahui tehnik-tehnik komunikasi pada lansia,
sehingga komunikasi dapat berjalan lancar antara klien dan perawat bisa saling
memahami maksud dan tujuannya.
